Perlu adanya penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) di desa menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Hal ini disampaikan oleh Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Wamendes PDTT) Republik Indonesia (RI) Prof. Dr. H. Paiman Raharjo, M.Si., M.M., dalam “Studium Generale dan Praktisi Mengajar” Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Selasa (14/05/2024).
Prof. Dr. H. Paiman Raharjo, M.Si., M.M., menerangkan lebih lanjut mengenai sejumlah tantangan yang dihadapi. “Terdapat tiga tantangan besar dalam pembangunan desa dan perdesaan untuk mewujudkan Indonesia Emas yaitu transformasi sosial, ekonomi, dan tata kelola,” paparnya.
Dijelaskannya, transformasi sosial pedesaan dilakukan melalui tiga hal yaitu pengembangan desa inklusif dan akuntabilitas sosial secara berkelanjutan, penguatan modal sosial desa, dan penguatan budaya desa.
Sedangkan, transformasi ekonomi Desa Terpadu dapat dilakukan melalui pengembangan sektor ekonomi perdesaan strategis seperti optimalisasi potensi strategis Desa, peningkatan kapasitas pelaku usaha, adopsi teknologi dalam kegiatan ekonomi, inisiasi kolaborasi.
“Selain itu, tantangan transformasi tata kelola dapat dilakukan melalui peningkatan kapasitas SDM, optimalisasi cara kerja, dan optimalisasi pemanfaatan anggaran,” jelasnya.
Prof. Dr. H. Paiman Raharjo, M.Si., M.M., dalam penjelasannya menyoroti Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa Bab IX: Pembangunan Desa dan dan Kawasan Perdesaan. Ia menuturkan pembangunan desa mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan.
Mengakhiri paparannya, Prof. Dr. H. Paiman Raharjo, M.Si., M.M., menegaskan terdapat 10 strategi pembangunan desa dan perdesaan yang diterapkan di sekitar Ibu Kota Nusantara (IKN) dalam menghadapi tantangan yang ada. Strategi tersebut diantaranya yaitu perbaikan kualitas pembangunan desa, dukungan dari pemerintah daerah, kolaborasi dan sinergi lintas sektor, peningkatan efektivitas pemanfaatan dana desa, dan pemanfaatan ruang desa untuk kehidupan berkelanjutan.
Menjadi bagian dalam pembangunan bangsa
Menanggapi hal tersebut, Rektor UKSW Prof. Dr. Intiyas Utami, S.E., M.Si., Ak., menuturkan sebagai institusi pendidikan tinggi, UKSW berkomitmen untuk membangun desa dan menjadi bagian dalam pembangunan bangsa yang berkelanjutan.
“Salah satunya melalui kontribusi Pusat Studi Akuntabilitas Publik FEB menjadi panitia seleksi perangkat desa di Kabupaten Semarang,” imbuhnya.
Selain itu, FEB UKSW juga mempunyai live laboratory di lereng Kelimutu, Ende Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang sudah didampingi selama 3 tahun dengan basis riset DIKTI.
“Tahun ini kami lanjutkan untuk menjadi kontribusi kami dalam pembangunan desa,”tegas Rektor Intiyas.
Disamping itu, Rektor Intiyas menyampaikan saat ini mahasiswa UKSW telah melaju dengan kurikulum Talenta Merdeka yang menjadi wadah bagi mereka untuk berinovasi. “Melalui program ini kami yakin di IKN akan terbuka peluang bagi mahasiswa untuk berkontribusi melalui berbagai inovasi dan karya ilmiah mereka,” pungkasnya.
Kegiatan yang berlangsung secara hybrid di Balairung Universitas dan melalui platform zoom meeting ini diikuti ratusan peserta yang terdiri dari civitas academica UKSW, tamu undangan hingga perangkat desa yang berada di wilayah Kabupaten Semarang. “Implementasi Kebijakan Sistem Manajemen Nasional IKN dan Pengembangan Desa Menuju Indonesia Emas” menjadi tema dalam kegiatan ini.
Tak hanya itu, kegiatan menanam tanaman Anggrek Bulan oleh Prof. Dr. Intiyas Utami, S.E., M.Si., Ak., Prof. Dr. H. Paiman Raharjo, M.Si., M.M., dan Ketua Asosiasi Badan Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABPTSI) Pusat Prof. Dr. Thomas Suyanto menjadi simbol kebersamaan dalam acara ini.
Salam Satu Hati UKSW! (Wiw_TimKomblik/foto:Hes,Des)